Sebelum menghadiri persidangan, penting untuk memahami fungsi sebuah
persidangan. Anda mungkin merasa hal itu sudah jelas, yaitu untuk
mengetahui apa yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, kenyataannya tidak
sesederhana itu. Bukan kebenaran setiap unsur-unsur fakta yang
terpenting, tetapi bagaimanakah kualitas bukti-bukti yang dihadirkan
oleh kedua belah pihak yang bersengketa itu diajukan, untuk mendukung
alibi kasus / perkara yang diajukan ke persidangan.
Walaupun dalam
setiap sidang seorang saksi disumpah untuk mengatakan dan memberikan
kesaksian “yang sebenarnya, tidak lain dari pada yang sebenarnya”, namun
perlu disadari bahwa fungsi utama persidangan bukan untuk menemukan
kebenaran. Bagi kebanyakan orang hal tadi akan terdengar aneh, walau
demikian hal itu sebenarnya terus berlangsung dan terjadi. Persidangan
sesungguhnya tidak mencari tahu seluruh kebenaran, apakah itu kebenaran
ilmiah atau kebenaran fakta [Sir David Napley – Penasehat Ratu Inggris].
Dalam otobiografinya [John Mortimer, seorang pengacara dan pengarang
Rumpole of Bailey] mengajukan argumentasi bahwa “tugas utama pengadilan
bukan untuk menyelediki agar menemukan kebenaran, walaupun kebenaran
kadang-kadang tergali secara tidak sengaja. Pengadilan adalah sebuah
ujian bagi bukti-bukti, sebuah prosedur untuk menemukan apakah kasus
yang diajukan bisa dibuktikan tanpa sedikitpun keraguan. Bagaimana ini
terjadi, mengapa mencari kebenaran begitu menyulitkan? Karena dua aspek
penting persidangan yaitu pertama : adanya ketentuan / peraturan tentang
bukti-bukti yang bisa diterima dan diajukan ke persidangan, kedua :
label atau cap yang melekat bagi tergugat atau terdakwa [lebih cenderung
bagi terdakwa yang berada dalam dugaan kesalahan kuat sebagai pelaku
tindak pidana].
Peraturan terhadap bukti-bukti dan saksi dibuat
untuk melarang bukti-bukti yang mungkin tidak adil atau tidak aman
dihadirkan dalam persidangan. Bukti-bukti bisa dilarang – padahal [bisa
saja] bukti itu akan membawa dampak langsung pada kebenaran – jika
diangap tidak adil bagi terdakwa. Contoh sederhana misalkan ada aturan
kebiasaan yang berlaku terhadap “bukti rumor” dan peraturan yang berlaku
untuk pengakuan. Bukti rumor adalah bukti yang tidak dilihat langsung
oleh seorang saksi, misalnya ia mengatakan bahwa dia melihatnya membawa
uang, ini adalah bukti rumor dan tidak dapat diterima, karena orang yang
melihat langsung tidak diperiksa, maka bukti ini tidak bisa diajukan
untuk diperiksa dan diterima di persidangan. Demikian pula dengan bukti
yang didapat dari pengakuan, hakim dapat melarang bukti itu untuk
digunakan, jika ia menganggap pengakuannya diperoleh dengan ancaman atau
sogokan. Rambu-rambu ini penting diberlakukan, tetapi jelas pula bahwa
peraturan ini bisa mempengaruhi evaluasi kebenaran. Mencari kebenaran
juga bisa “dipengaruhi” melalui kegiatan yang lebih halus dan tidak
kasat mata dalam sistem peradilan. Persidangan dibuat untuk memproses
mereka yang bersalah, dan kebanyakan orang disidangkan divonis bersalah
[ini label yang biasa diberlakukan terhadap terdakwa]. Dalam sebuah
persidangan 80 s.d. 90% kasus akan berakhir dengan vonis seorang
terdakwa dinyatakan bersalah, sedang yang divonis tidak bersalah sangat
jarang terjadi di Pengadilan, maka ada pepatah “tidak ada asap kalau
tidak ada api”…. “jika ia tidak melakukan pelanggaran ini, ia mungkin
melakukan pelnggaran yang lain”. Walaupun ada asumsi yang mengatakan
bahwa “tidak bersalah sampai dibuktikan bersalah”, dalam sistem yang
terjadi sekarang bagi proses persidangan yang terjadi sekarang adalah
sebaliknya, yang berlaku adalah “anda bersalah, kecuali anda bisa
membuktikan sebaliknya”.
Oleh sebab itu jika anda hadir dalam
suatu persidangan untuk memberikan kesaksian anda harus menyadari bahwa
persidangan tidak menaruh perhatian pada kebenaran bersalah atau tidak
bersalah, namun hanya memperhatikan kualitas kesaksian yang akan anda
sampaikan. Hal penting lain yang perlu untuk disadari bahwa dalam sistem
peradilan kita, anda mungkin akan ditanyakan bukti-bukti yang anda
miliki namun bukan untuk menemukan kebenaran, melainkan hanya untuk
menguatkan kualitas kesaksian anda. Karena itu jika anda hendak
memberikan bukti yang berguna dan akurat, anda harus memiliki kecakapan
agar dapat mengajukan bukti secara jelas, anda harus mempelajari
bagaimana menghadapi pengacara [lawan] yang tentunya akan bertujuan
untuk membuat anda bingung dan kualitas kesaksian anda akan menjadi
buram [tak berkualitas / tak berguna].
Dalam hal menghadiri
persidangan : situasi di ruang sidang sangat formal dan mempunyai
peraturan yang sangat ketat. Untuk menjadi saksi yang efektif, penting
bagi anda untuk memahami aturan main di pengadilan [hal ini dapat anda
konsultasikan / tanyakan kepada pengacara yang anda percaya]. Langkah
termudah untuk memahaminya adalah dengan mengamati persidangan secara
langsung, yang dengan demikian rasa cemas untuk hadir di persidangan
dapat diatasi.
Dalam hukum acara persidangan [perdata maupun
pidana] di Indonesia, saksi atas suatu kejadian faktual atau saksi yang
melihat, mendengar, mengalami langsung suatu fakta yang akan memberikan
kesaksiannya di persidangan, tidak diizinkan untuk melihat jalannya
persidangan ketika seorang saksi [lain] sedang diperiksa, sampai saksi
yang diperiksa tersebut selesai memberi kesaksian. Mengapa? Karena jika
saksi ini melihat dan mendengar jalannya persidangan, maka ia akan
terbiasa dengan lingkungan ruang sidang yang kaku dan formil ini,
lingkungan ini merupakan tempat kerja sehari-hari bagi anggota utama
persidangan seperti hakim, jaksa, advokat, panitera dan [mungkin juga]
terdakwa. Disini mereka semua merasa seperti di dalam rumah sendiri,
sering kali hanya saksi yang merasa tidak nyaman.
Ketika anda
memberi kesaksian, anda harus berusaha keras untuk menyesuaikan diri
dengan aturan main persidangan. Salah satu aturan penting adalah tentang
cara berpakaian. Toga berwarna gelap [hitam] adalah pakaian standar
bagi para praktisi hukum di ruang sidang. Penelitian terhadap keterangan
saksi-saksi menunjukkan bahwa mereka yang berpakaian gelap, pakaian
konservatif, dianggap serius dan berpengetahuan. Bukti yang diberikan
dianggap lebih berbobot dan diterima dengan lebih serius. Jika anda
mengenakan hiasan yang berkilauan, arloji mewah, ada kemungkinan anda
akan menyinggung atau mengalihkan perhatian dari disposisi yang
konservatif, apabila ini terjadi bisa tercipta kemungkinan kesaksian
anda akan tidak berkualitas atau dianggap tidak berbobot.
Ketika
anda memberi kesaksian, anda akan diminta untuk bersumpah atau berjanji.
Inilah saat dimana anda bisa mendengar suara anda sendiri di ruang
sidang. Ruang sidang bisa merupakan tempat yang [agak] bising, jadi
penting bagi anda untuk bersuara jelas dan lantang, agar semua yang
berkepentingan bisa mendengar apa yang akan anda bicarakan / sampaikan.
Tetapi yang paling penting, jika anda berbicara dengan yakin dan tegas,
keterangan / kesaksian anda akan ditanggapi dengan lebih serius.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar